Judul Buku : Mesir Suatu Waktu
Penulis : Dian Nafi dan Rabiah Adawiyah
Penerbit : PT GRASINDO
Tahun Terbit : 2013
Tebal Buku : vii + 128 Halaman
ISBN : 978-602-251-138-0
Universitas Al-Azhar menjadi pintu utama penulis menjelajah Mesir dan segala isinya. Berbekal keberanian dan keinginan memperdalam ilmu Syariah Islam, penulis memilih menimba ilmu ke negeri orang. Menjejakkan kaki ke sebuah universitas tertua di dunia. Mengasah otak bersama para mahasiswa lain dari berbagai belahan dunia. Meninggalkan keluarga di Demak, menitipkan rindu untuk mereka melalui sebuah doa.
Penulis mengajak kita mengenal Mesir lebih dalam, tak sekadar padang pasir dan onta. Tapi lebih bagaimana roda kehidupan di sana. Bagaimana adaptasi sebagai mahasiswa dan penduduk baru. Yang tentunya tak mudah dan butuh waktu. Rasa kekeluargaan dan persabatan sesama mahasiswa Indonesia mengikis itu semua. Mereka ada untuk berbagi.
Ngupret menjadi kenangan dan pengalaman tersendiri bagi penulis. Mengenali sejarah dan seluk beluk Cairo lebih dalam. Bersama anggotangupret penulis menelusuri rute yang telah ditentukan dengan jalan kaki.
Pengalaman lain penulis ketika menjelajahi Alexandria. Backpacker pertama kalinya bagi penulis. Mengelilingi kota kecil bersama sahabatnya dan tersesat saat mencari Alexandria National Museum. Menghabiskan waktu berjam-jam demi museum tersebut.
Cerita lain yang tak kalah seru kala penulis berburu beasiswa. Ingin meringankan beban sang ibu, penulis mengajukan beasiswa ke universitas tapi gagal karena kuota penuh. Alih-alih mencoba ke salah satu instansi pemberi beasiswa terbesar pelajar asing di Universitas Al Azhar dan ternyata lolos. Kesabaran penulis berbuah manis, nominal beasiswanya lebih besar daripada beasiswa dari universitas.
Paling berkesan dari novel ini (hal 35) |
Berhaji menjadi impian penulis sejak dulu. Berkat dorongan dan doa sang ibu penulis berhaji lewat Mesir yang persyaratannya lebih rumit. Semua itu tak mematahkan langkah penulis. Usaha dan doa tak pernah lepas. Hingga akhirnya penulis berhasil haji lewat Mesir. Dan tahun itu adalah tahun terakhir mahasiswa Indonesia boleh berhaji lewat Mesir. Tahun selanjutnya jika berhaji harus mengikuti kuota negara masing-masing.
Demo menuntut presiden Mubarak turun membuat Mesir rusuh dan kisruh. Bagaimana penulis merasakan ketakutan, dicurigai warga Mesir, petugas sipil, hingga melonjaknya harga bahan makanan. Kerusuhan yang terus berlanjut membuat semua mahasiswa Indonesia dievakuasi. Seharusnya penulis mendapatkan jatah evakuasi kolter kedua tapi ditolak. Penulis masih ingin tinggal di Mesir. Jiwanya tak bisa jauh dari negeri para nabi ini. Hingga akhirnya penulis tak kuasa menolak lagi. Mau tak mau harus kembali ke Indonesia. Ini adalah kedua kalinya penulis pergi meninggalkan Mesir. Dari lubuk hati terdalam, penulis tetap ingin kembali ke Mesir suatu saat nanti. Kembali menjamah tanah haram.
sumber : http://lestarotarmoth.blogspot.com/2014/05/mengintip-wajah-mesir.html